Mahasiswa Diskusi Publik Bahas Isu Kebudayaan dan Keagamaan di Metro

Foto : Puluhan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Metro saat mengikuti diskusi publik menyambut tahun baru 2023 yang digelar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Metro. (Dok)

Jeritanrakyat.co, METRO – Puluhan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kota Metro mengikuti diskusi Publik membahas dinamika kebudayaan dan keagamaan dimasyarakat pada era digitalisasi. Isu tersebut menjadi topik perbincangan hangat dalam menyambut tahun baru 2023.

Kegiatan tersebut digelar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Metro di aula lantai 2 Sekertariat Pengurus Majelis Daerah (PMD) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kota Metro, Jl. Sawi Kelurahan, Iringmulyo Kecamatan Metro Timur, Kamis (29/12/2022).

Ketua pelaksana diskusi publik, Ahmad Febriansyah menyampaikan, isu tersebut dipilih sebagai materi refleksi akhir tahun guna menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa.

“Target dari kegiatan diskusi publik ini adalah untuk menunjang wawasan bagi mahasiswa terkait betapa pentingnya budaya dan keagamaan dalam menyambut tahun baru 2023. Apalagi baru saja pandemi Covid-19 di Indonesia yang membuat masyarakat dan mahasiswa harus belajar dirumah,” kata dia saat dikonfirmasi Kupastuntas.co.

Ahmad menjelaskan, terselenggaranya kegiatan tersebut sebagai bahan edukasi bagi para mahasiswa menuju Indonesia emas 2045. Kegiatan tersebut diharapkan dapat memperkuat keyakinan kaum muda tentang pentingnya melestarikan budaya dan menjaga toleransi beragama.

“Budaya dan agama harus saling berkesenambungan agar kita dapat berjalan seimbang dalam bermasyarakat dan untuk menunjang indonesia emas tahun 2045. Kami berharap, terselenggaranya diskusi publik ini dapat berguna dan dapat diterapkan mahasiswa di tengah masyarakat. Betapa pentingnya kebudayaan dan keagamaan diera digitalisasi dan indonesia kedepannya,” pungkasnya.

Dalam kesempatan tersebut, pembicara Rahmatullah Ummah menerangkan bahwa demokrasi di Indonesia dibangun melalui identitas kebudayaan dan keagamaan. Sehingga, kelompok-kelompok di Republik Indonesia kerap mengusung isu tersebut dalam konteks politik.

Baca Juga : Mahasiswa dan Dosen Dharmawacana Metro Gelar Baksos Untuk Cianjur

“Mahasiswa harus memahami bahwa pondasi demokrasi di negeri ini dibangun dari sebuah identitas, baik itu kebudayaan maupun keagamaan. Sehingga ketika isu-isu politik yang mengangkat dua topik ini menjadi informasi yang sering didiskusikan. Jadi tinggal bagaimana kita meresponnya agar tidak termakan oleh Sara yang mengatasnamakan budaya dan agama,” terangnya.

Pria yang merupakan Demisioner Ketua Umum HMI Cabang Metro periode 2003-2004 tersebut mengatakan, keterbukaan informasi diruang digital perlu disaring kembali, agar para pemasok informasi tidak termakan oleh kabar hoax.

“Kita sebagai pemasok informasi harus mengambil sikap dan dapat menyaring informasi yang benar dan terverifikasi. Sehingga, interaksi di media daring dapat terbangun dengan baik dan mengedukasi masyarakat,” ujarnya.

“Kebudayaan dan keagamaan ini merupakan ilmu pendidikan, namun ketika disampaikan dengan bumbu-bumbu politik jadi sebuah kepentingan. Dan ketika informasi tersebut disebarluaskan ke media sosial, maka memiliki pengaruh besar dalam menggiring opini baru khususnya terkait isu politik yang menyasar kalangan milenial,” imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Metro, Siti Rogayati Seprita menerangkan hal serupa. Menurutnya, pengetahuan tentang kebudayaan dan keagamaan perlu dipahami oleh seluruh masyarakat terutama mahasiswa.

“Mahasiswa sangat perlu memahami ini, apalagi persoalan kebudayaan, mulai bagaimana kita melestarikan budaya yang merupakan sesuatu yang baik. Kemudian menumbuhkan kecintaan terhadap budaya bangsa dan menjunjung tinggi toleransi beragama,” jelasnya.

Siti Rogayati Seprita menilai, mahasiswa perlu memperkokoh keimanan dan memperluas wawasan tentang pelestarian budaya di tengah perkembangan zaman yang berbasis digitalisasi serta menjaga nilai-nilai keagamaan di masyarakat.

“Level kemanusiaan tertinggi itu adalah bagaimana manusia itu menjadi tradisinya. Islam Nusantara itu bagian dari tradisi, doktrin agama yang disampaikan pendahulu kita dengan cara-cara yang berdampingan dengan kebudayaan. Maka kebudayaan dan keagamaan ini berjalan berdampingan dan harus dijaga bersama,” tandasnya. (*)

Editor : Nuraini

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *